Sekadau Kalbar, (Senentang.id) – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sekadau mengenalkan Kain Kumuk Mualang, kain tradisional yang memiliki kedalaman sejarah dan spiritualitas. Kain ini memiliki akar yang kuat dalam tradisi suku Dayak Mualang dan digunakan dalam berbagai upacara adat yang penuh makna.Kain Kumuk Mualang, kain tradisional yang memiliki kedalaman sejarah dan spiritualitas. (Foto:ist)
Kain Kumuk Mualang menceritakan kisah dari zaman perang antar-suku atau "ngayau". Menurut Temenggung Labung, yang kisahnya dicatat oleh Drs. Arsenius Meningan dan sang istri Hendrika, kain ini digunakan dalam tradisi menyambut kedatangan tengkorak sebagai hasil dari perang. Gadis-gadis akan menari sambil membawa kain Kumuk dan kemudian menutupi tengkorak yang dibawa, sebagai bagian dari ritual penyambutan yang dikenal dengan "Gawai Kepala".
Terdapat tiga motif utama pada Kain Kumuk Mualang, yang masing-masing memiliki arti simbolis yang dalam:
1. Motif Buau Bekayau – Melambangkan kegagahan dan kekuatan, menggambarkan dua roh yang berhadapan dalam pertempuran.
2. Motif Raung Berapung – Melambangkan kedamaian dan ketenangan, diilustrasikan dengan kodok yang beristirahat di sungai yang tenang.
3. Motif Emperusung Ulu Sungai – Mewakili perjalanan orang Dayak dari muara hingga ke hulu sungai, mencari tempat untuk menetap dan membuka lahan baru.
Kini, Kain Kumuk Mualang digunakan dalam upacara adat oleh mereka yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat, seperti pemangku adat dan dukun. Kain ini dianggap sebagai simbol kehormatan dan kekuatan, dan hanya boleh digunakan dalam konteks yang sah, karena dipercaya memiliki kekuatan mistis yang kuat.
Proses pembuatan kain ini tidak boleh sembarangan. Penenun harus memiliki keterampilan khusus, dan apabila pekerjaannya terhenti di tengah jalan, dipercaya bahwa penenun akan mengalami nasib buruk, termasuk kematian mendadak. Hal ini membuat Kain Kumuk Mualang menjadi kain yang sangat langka dan berharga sebagai warisan budaya masyarakat Dayak Mualang.