Hadiri Komsos Kemasyarakatan, Jarot: Persatuan Kita Utamakan, Pluralitas Kita Junjung Tinggi

Editor: Redaksi author photo

Bupati Sintang, Jarot Winarno 
Sintang Kalbar, Senentang.id - Bupati Sintang, Jarot Winarno membuka kegiatan Komunikasi Sosial (Kosmos) kemasyarakatan antar mahasiswa se-Kabupaten Sintang, yang mengangkat tema "antisipasi konflik sosial melalui pendekatan kearifan lokal, di Aula Kampus Unka Sintang, Selasa pagi, 22 Maret 2022.

Hadir pada kegiatan tersebut Dandim 1205/Sintang Letkol Inf. Kukuh Suharwiyono dan Asisten 1 Setda Sintang, Sy. Yasser Arafat selaku pemateri, Wakil Rektor Unka Sintang, Dandenpom, para masiswa/i dari berbagai kampus yang ada di Sintang dan tamu undangan lainnya. 

Dalam sambutannya, Bupati Sintang, Jarot Winarno menyampaikan bahwa Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau, 2000 suku bangsa, 600 bahasa, tetapi founding fathers sudah meletakan dasar bahwa kita harus bersatu melalui nation state serta tahun 1928 dengan gerakan sumpah pemuda, 36 utusan membangun nation state.

“Persatuan kita utamakan, pluralitas kita junjung tinggi. Suku-suku seperti Jawa, Dayak, Melayu, Bali dan yang lain semuanya ada. Sintang adalah miniatur Indonesia. Sintang dominan Budaya Dayak, Melayu, Jawa, dan yang lainya. Membentuk budaya yang saling berhubungan. Tidak ada persatuan kalau bukan karena perbedaan budaya. Dua tahun yang lalu sebelum pandemi, saya menghadiri gawai Dayak di desa-desa, semua berupaya menjaga hubungan baik antara manusia dan puyang gana serta Tuhan Yang Maha Kuasa,”  ujarnya 

“Kita juga perlu menjaga hubungan baik dengan alam sekitar kita. Semua harus saling menjaga hubungan baik antar sesama manusia. Tidak ada yang membeda-bedakan. Dari sisi agama, kita memang berbeda. Tetapi saya mengambil sikap untuk meningkatkan harkat martabat manusia. Saya ingat pesan Paus Fransiskus bahwa kita mendaki gunung yang tinggi, orang lain yang berbeda-beda, semuanya mendaki menuju puncak. Jadi agamapun sama, kita berbeda dalam ibadah, secara hakikat sama, memanusiakan manusia,”  imbuhnya 

Tidak ada konflik sosial karena berbeda. Yang ada adalah konflik sosial terjadi karena terjadi ketidak adilan. Ada yang merasa diperlukan tidak adil, maka terjadi konflik.

"Kita harus mengantisipasi terjadinya konflik karena tanah, atau konflik yang lain seperti petani dengan perusahaan karena masalah kebun. Kebun masyarakat tiba-tiba menjadi HGU tanpa pernah ada komunikasi. Ketidakadilan bisa menimbulkan konflik,” tutup Jarot. 

Kaja, Wakil Rektor II Universitas Kapuas menyampaikan Unka Sintang menyambut kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Kesbangpol Sintang yang menyasar kalangan mahasiswa. 

“Sampai saat ini, kita masih mendengar istilah intoleransi. Maka kami sependapat bahwa Indonesia ini terdiri dari 13 ribu pulau dengan latar belakang budaya dan tradisi yang berbeda. Bermacam keyakinan dan kepercayaan yang ada. Maka harus dipupuk dengan baik, akan menjadi ancaman bagi suatu negara. Maka komunikasi sosial kemasyarakatan harus dilaksanakan,”  kata dia. 

“Di kampus, ada berbagai macam organisasi dan tingkah polah. Maka mahasiswa sebagai penerus bangsa, mereka tidak boleh dirusak dengan paham radikalisme. Serta isu yang mengatakan bahwa pemuda Indonesia harus dihancurkan dengan narkoba. Narkoba bertujuan menghancurkan kaum muda. Kami prihatin dengan kondisi ini, seringkali mahasiswa terlibat hal yang tidak baik,” pungkasnya. **

Share:
Komentar

Berita Terkini